Friday, April 1, 2011

Oh, Nasabah...!

Oh, Nasabah...!

Oleh Andi Suruji

Kebalikan bunyi iklan sebuah bank ”untung beliung”, perbankan Indonesia seolah diterpa ”puting beliung”. Termasuk bank pemilik iklan tersebut, juga diterpa ”puting beliung” berupa kasus pembobolan dana bank. Entahlah! Semua bank yang diterpa berita buruk akhir-akhir ini adalah bank besar sehingga perhatian publik cukup besar.

Berita paling mengejutkan datang dari Citibank, bank Amerika yang selama ini dikenal banyak menelurkan pemimpin perusahaan dan bankir andal di negeri ini. Betapa tidak, belum terkuak sepenuhnya kasus pembobolan dana rekening nasabah oleh karyawan bank tersebut, MD yang sudah ditahan polisi, muncul pula kabar lain yang tak kalah pahit. Mengenaskan, seorang nasabah tewas setelah diinterogasi petugas penagih utang kartu kredit bank tersebut.

Kita mungkin cuma bisa berdecak membaca kabar tentang MD yang seolah sangat leluasa mengacak-acak rekening nasabah dan memindahkan dananya ke rekening perusahaan yang dibentuk MD. Apalagi, menurut keterangan polisi, MD sudah tiga tahun menjalankan aksinya tersebut.

Modus operandi MD sebagai karyawan bank, menurut polisi, dia dengan sengaja melakukan pengaburan transaksi dan pencatatan tidak benar terhadap beberapa slip transfer.

Slip transfer penarikan dana pada rekening nasabah itu untuk memindahkan sejumlah dana milik nasabah tanpa seizin nasabah ke beberapa rekening yang dikuasai pelaku.

Tersangka diduga melakukan tindak pidana perbankan dan pencucian uang.

Ih, itu kan kejahatan kuno, siapa saja bisa melakukannya selama ada akses. Maka, timbul pertanyaan, mengapa ia bisa sangat leluasa melakukan aksinya itu?

Orang-orang lantas mengonstruksi analisisnya masing-masing setelah melihat foto-foto MD dalam berbagai gaya beredar dari ponsel ke ponsel.

Lebih berdecak ”kagum” lagi ketika mengetahui sudah ada tiga korban yang melaporkan kelakuan MD dengan nilai kerugian Rp 20 miliar.

Badan Reserse Kriminal Polri pun mengamankan tiga mobil mewah milik tersangka, yaitu Ferrari merah seri F430 Scuderia, Mercedes-Benz putih seri E350, dan Ferrari merah seri California.

Bagaimana itu bisa...? Padahal, Citibank sejak dulu dikenal sebagai bank dengan teknologi yang andal, sistem yang kuat, dan prosedur yang ketat.

Itulah teknologi dan sistem. Sehebat apa pun teknologi dan sistem perbankan, di belakangnya tetap ada manusia yang menjalankannya. Teknologi tidak bisa menolak perintah operator sejauh operator memiliki akses dan mengoperasikan sistem.

Artinya, kunci penting bagi perbankan dalam menjaga kepercayaan nasabah adalah kualitas sumber daya manusia yang berada di belakang teknologi dan sistem. Terutama pegawai yang memiliki akses pada dana nasabah, seperti teller dan account officer alias mereka yang menangani langsung nasabah tertentu.

Setelah itu, pengawasan yang ketat. Bukan hanya pada bekerjanya sistem, audit karyawan juga penting. Kalau seorang teller, misalnya, memiliki gaya hidup mewah dengan taksiran biaya gaya hidup yang jauh lebih tinggi dari pendapatannya, tentu atasan pegawai tersebut mesti awas dan memantaunya. ”Kalau perlu, sesekali ditengok rumahnya, dengan siapa saja dia bergaul, bagaimana lingkungan pergaulannya,” kata seorang pejabat ke-SDM-an sebuah bank.

Seorang pembaca bertanya, kalau perbankan begini, lalu apakah kita harus kembali menyimpan uang di bawah bantal? Bukankah bank sedang berkampanye mengajak masyarakat supaya menabung di bank? Konon, masih ada sekitar 80 juta orang yang belum memiliki rekening bank.

Kesal

Ah, akhir-akhir ini memang kita sering kesal dengan ulah kalangan perbankan. Coba saja, setiap hari mungkin Anda menerima penawaran kredit melalui pesan singkat di ponsel Anda. Walaupun kalimat-kalimat yang digunakan pengirim cukup sopan, hal itu tetap saja mengesalkan.

Bukan hanya sebatas pesan singkat. Tidak jarang juga ”gangguan” pemasar itu melalui sambungan telepon. Mereka ngotot tetap menelepon berkali-kali meski juga ditolak berkali-kali dan silih berganti. Kata orang Jakarta, mereka itu kagak ade matinye....

Pertanyaan dari tumpukan kekesalan kita itu ialah dari mana mereka tahu nomor telepon kita, padahal kita tidak punya hubungan apa pun dengan bank-bank yang menawarkan kredit tanpa agunan tersebut.

Hal-hal yang berkaitan dengan relasi antara bank, nasabah, dan pihak ketiga seharusnya sudah diatur ketat Bank Indonesia selaku otoritas perbankan. Jangan diserahkan sepenuhnya kepada bank.

Misalnya, bagaimana seharusnya etika atau aturan yang harus ditaati

pegawai bank dalam berhubungan dengan nasabah serta relasi bank dan pihak ketiga (outsource) dengan nasabah (seperti dalam hal penagihan tunggakan kartu kredit ataupun pemasaran kartu kredit). Bagaimana pula aturannya jika kita sebagai nasabah salah satu perusahaan penerbit kartu kredit ditelepon terus oleh tenaga pemasaran perusahaan yang ada kerja samanya dengan penerbit kartu tersebut? Ini biasa terjadi dalam kasus pemasaran asuransi.

Padahal, nasabah biasanya selalu di posisi lemah jika berhadapan dengan korporasi. Oh, nasabah...!

No comments: