Sunday, April 3, 2011

Bank Diminta Perkuat Upaya Mitigasi Risiko

jakarta, kompas - Bank Indonesia meminta perbankan memerhatikan dan meningkatkan kontrol internal untuk memitigasi risiko, terutama pada jalur kritis yang berpotensi dimanfaatkan untuk membobol bank. Tenaga pemasar atau staf yang berhubungan langsung dengan nasabah juga mesti dikontrol.

Kepala Biro Humas BI Difi Ahmad Johansyah menyampaikan hal itu kepada Kompas, Kamis (31/3), menanggapi munculnya kasus pembobolan sejumlah bank, seperti terjadi pada data PT Taspen di Bank Mandiri, Bank BRI, dan Citibank. ”Tetap harus ada garis tegas (firewall) antara front office yang menjalankan fungsi pemasaran dan back office yang melakukan penyelesaian transaksi (settlement) walaupun untuk private banking sekalipun yang berlandaskan kepercayaan antara nasabah dan pegawai,” ungkap Difi.

Meski sistem sudah berjalan, bank juga diharapkan terus memantau jalur-jalur kritis yang memungkinkan terjadinya penipuan atau pembobolan oleh pegawai bank, termasuk memutar pegawai secara berkala guna memitigasi risiko.

Dana yang dibobol di sejumlah bank tersebut mencapai miliaran rupiah. Sejauh ini polisi sudah membekuk sedikitnya 10 tersangka.

BNI juga nyaris dibobol, tetapi upaya itu bisa dicegah karena sistemnya mendeteksi transaksi di luar kewajaran. ”Memang benar ada upaya pembobolan, tetapi berhasil digagalkan saat itu juga. Jadi, tidak ada dana hilang,” kata Corporate Secretary PT BNI Putu Bagus Kresna.

Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Sutarman mengingatkan, hubungan akrab antara nasabah dan karyawan tidak boleh merusak aturan main bank.

Menurut pengamat perbankan Tony Prasetiantono, kasus pembobolan bank biasanya disebabkan kombinasi lemahnya integritas pegawai bank, kerja sama beberapa oknum, serta kesempatan yang muncul akibat perilaku nasabah.

”Selain abai mengecek rekening, ada nasabah yang bahkan memanggil karyawan bank untuk mengambil uang tunai miliaran rupiah ke rumah atau ke kantor nasabah. Celah seperti ini yang dilakukan tersangka MD dalam kasus Citibank,” ujar Tony.

Pengamat perbankan Mirza Adityaswara berpandangan, sistem pengawasan internal perbankan nasional sebenarnya sudah berlapis, tetapi rapuh karena persaingan merebut nasabah. Tinggi rendahnya angka pembobolan bank, menurut dia, bergantung pada kualitas pengawasan internal.

Direktur Utama Bank BRI Sofyan Basir menyatakan, BRI sudah memaksimalkan fungsi auditor dan membangun sistem pengawasan aktif-pasif. ”Kami harapkan tidak ada fraud (kecurangan) lagi,” ujar Sofyan.

Terkait dengan perkembangan penyelidikan kasus pembobolan Citibank, Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Anton Bachrul Alam dalam keterangannya menyatakan, nasabah yang dirugikan baru tiga perusahaan.

Pihak penyidik telah berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan untuk menelusuri aliran dana yang diduga digelapkan oleh tersangka, termasuk ke luar negeri. (IDR/WIN/FER)kompas

No comments: