Saturday, May 21, 2011

Misteri Penerima Dana Pembobolan Bank Mega

Erlangga Djumena | Jumat, 13 Mei 2011 | 11:13 WIB
Dibaca: 13155
Komentar: 11
Share:
Situs Bank Mega Ilustrasi
1

TERKAIT:

* BI Perlu Melarang "Cash Back"
* ELSA Kirimkan Peringatan Terakhir ke MEGA
* Etika Pegawai Bank Harus Ditingkatkan
* BI Tangani Pembobolan Bank
* Bank Mega Korban Sindikat?
* GramediaShop: Jalan Baru Untuk Tambang
* GramediaShop: Business Plan

JAKARTA, KOMPAS.com — Kesan ecek-ecek terpancar kuat dari PT Pacific Fortune Management dan PT Noble Mandiri Investment. Dua perusahaan itu disebut-sebut sebagai muara dana Rp 80 miliar milik Pemerintah Kabupaten Batubara, Sumatera Utara, yang mengalir jauh dari Bank Mega Jababeka.
Muncul dua nama baru yang juga sangat terkesan parodi, yaitu Reyza Paloh sebagai komisaris dan Andie Bakrie sebagai direktur.

Ketika KONTAN menyambangi kantor perusahaan tersebut di One Pacific Building, Sudirman Central Business District (SCBD), kantor Pacific sudah tutup. Staf pengelola di gedung ini menyatakan, Pacific tutup sejak Mei ini.

Sumber KONTAN yang lain bercerita, kegiatan operasional di kantor Pacific tampak sejak awal April. Namun, dua minggu kemudian, kantor itu menjadi lengang. Dari data sumber KONTAN, Pacific baru berdiri 2 Februari 2011.

Pacific mengundang curiga karena keberadaan Rahman Hakim. Sumber KONTAN yang mahfum dengan jati diri Pacific menyebut Rahman adalah komisaris utama yang memiliki 50 persen saham Pacific.

Rahman juga tercatat di daftar buronan kepolisian sebagai Direktur PT Discovery Indonesia. Perusahaan yang terakhir ini merupakan penampung dana PT Elnusa Tbk senilai Rp 100 miliar yang juga dari Bank Mega Jababeka.

Tidak ada pengawas

Adapun Noble baru berdiri 5 Januari 2010. Kegiatan perusahaan ini sepintas tak terlihat aneh. Kantornya yang berlokasi di Menara Palma Kuningan lantai 6 hingga kini masih beroperasi.

Saat KONTAN datang ke sana, tampak kegiatan layaknya kebanyakan kantor. Resepsionis di kantor Noble menyatakan semua petingginya sedang di luar kota. "Kami tak ada kaitan dengan dana Pemkab Batubara," ucap pegawai Noble yang menolak disebutkan namanya.

Jati diri Noble baru aneh jika kita menyimak nama-nama pemilik saham di dokumen perusahaan itu. Semuanya bak pelesetan nama-nama orang terkenal. Simak saja, ada nama Rais Kalla dan Zainuddin, yang masing-masing menjabat sebagai direktur dan komisaris. Rais juga pemilik saham mayoritas.

Pada 10 Januari 2011 terjadi perubahan susunan pemegang saham, Rais Kalla mengisi kursi direktur utama. Muncul dua nama baru yang juga sangat terkesan parodi, yaitu Reyza Paloh sebagai komisaris dan Andie Bakrie sebagai direktur.

Regulator pasar keuangan juga mengaku tidak tahu-menahu soal Pacific serta Noble. Pacific yang mengaku bergerak di bisnis perdagangan berjangka tak tercatat namanya di Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).

Bappebti hanya mengagendakan pemeriksaan atas empat pialang berjangka yang diduga menerima dana pembobolan Elnusa, yaitu PEF, HB, MNX, dan CIF. "Minggu depan kami panggil direksi keempat perusahaan," ujar Syahrul R Sempurnajaya, Kepala Bappebti. Sejatinya, ada satu pialang lagi yang juga menikmati uang Elnusa, yaitu BC. Hanya, Bappebti tak tahu-menahu direksi perusahaan itu dengan alasan perusahaan itu tidak terdaftar.

Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan juga mengaku tak mengenal Noble. Padahal, dalam website-nya, Noble menawarkan produk investasi mirip kontrak pengelolaan dana bernama Trust Deposit Mandiri dan Mandiri Trust Equity Mandiri. (Ruisa Khoiriyah, Sandy Baskoro, Mahmudi Restyanto/Kontan)

No comments: