Friday, January 25, 2008

Pialang Prancis Bobol Bank Rp 67,5 Triliun


Kejahatan Bank Terbesar dalam Sejarah

PARIS - Saat guncangan di bursa saham mulai mereda, gempa keuangan baru muncul dari Paris, Prancis. Salah satu bank terbesar di Eropa dan bank terbesar kedua di Prancis, Societe Generale, menyatakan rugi 4,9 miliar euro atau US$7,16 miliar (Rp67,5 triliun) akibat dibobol seorang karyawan yang bertugas sebagai pialang di bagian keuangan dan investasi.
Pembobolan itu memecahkan ”rekor” yang dipegang Nick Leeson selama 13 tahun. Pialang berjangka Inggris itu membobol Barings Bank US$1,5 miliar dan menyebabkan bank bermarkas di Inggris tersebut bangkrut pada 1995.
Pernyataan resmi bank yang memiliki 22,5 juta nasabah di 77 negara itu menyebutkan, pembobolan miliaran euro tersebut dilakukan melalui serangkaian transaksi palsu yang rumit.
”Saya punya kewajiban menginformasikan kepada Anda semua bahwa manajemen Societe Generale telah menemukan adanya pembobolan internal dalam jumlah cukup besar, dan dilakukan seorang staf di divisi pembiayaan dan investasi,” ujar Chairman dan Chief Executive Societe Generale, Daniel Boutin, dalam rilisnya.
Bagaimana pembobolan megatriliun terhadap bank yang didirikan pada 1864 itu dilakukan? ”Modus pembobolan itu sangat sederhana, yakni dengan mengambil posisi pada saham yang sedang naik. Namun, teknik yang digunakan cukup licik dan bervariasi,” jelas Boutin.
Berdasarkan hasil investigasi pada 19 dan 20 Januari, pialang nakal itu mengambil posisi curang dan mengeruk keuntungan pribadi secara besar-besaran pada 2007 dan 200.
Jean-Pierre Mustier, kepala eksekutif divisi Corporate and Investment Banking Societe Generale menambahkan, pembobol bank itu adalah seorang warga Prancis berumur 30-an tahun. ”Dia sudah beberapa tahun bergabung dengan kami serta bertanggung jawab atas pendapatan dari pasar komoditas,” ungkap Mustier yang mengaku ikut menginterogasi tersangka setelah praktik curangnya terkuak. Atas posisinya, eksekutif tersebut mendapat gaji plus bonus 100.000 euro (Rp1,37 miliar) per bulan.
Dari interogasi, Mustier mendapat informasi bahwa pelaku dibantu mantan karyawan Societe Generale di tingkat manajer. Aktor pembantu itu diduga memiliki pengetahuan mendalam atas prosedur kontrol di internal bank yang mempekerjakan 122 ribu karyawan itu. Atas sarannya, pelaku mengatur dan menyembunyikan posisi tersebut melalui skema transaksi fiktif, tugas yang sebetulnya di luar batas kewenangannya.
Pasar keuangan Prancis dan Eropa terguncang dengan pengungkapan kriminal perbankan terbesar itu. Otoritas bursa langsung menghentikan (suspend) transaksi saham Societe Generale. Saat dihentikan perdagangannya, nilai saham SG sudah terkoreksi 3,6 persen. Dalam enam bulan terakhir, saham bank yang mengelola aset 467 miliar euro (Rp6.435 triliun) itu sudah susut separo akibat terimbas kasus kredit macet sektor perumahan AS yang membuat SG menderita rugi hingga 2 miliar euro. Dengan sederet kemalangan itu, Societe Generale hanya berhasil membukukan laba bersih 600–800 juta euro pada 2007, atau merosot jauh dibanding laba bersih US$5,2 miliar yang dicetak pada 2006.
Manajemen Societe Generale telah melaporkan kasus pembobolan di banknya kepada bank sentral Prancis dan Eropa. ”Bank juga telah memecat pejabat eksekutif, termasuk pimpinan yang bertanggung jawab atas supervisi dan kontrol terhadap operasional yang berkaitan dengan pelaku,” ujar Daniel Bouton. Bank juga berkomitmen menyuntik modal baru 5,5 miliar euro untuk menutup kerugian akibat pembobolan itu.
Usai mengumumkan skandal di perusahaannya, Daniel Boutin sempat menawarkan diri untuk mundur. Tetapi, pengajuan pengunduran diri itu ditolak dewan direksi.
Sejauh ini langkah manajemen Societe Generale belum memuaskan berbagai pihak. Perdana Menteri Prancis Francois Fillon menegaskan, Societe Generale harus bertindak lebih serius agar kerugian lebih besar dapat dicegah. ”Saya telah mengirim nota ke Bank of France (bank sentral Prancis, Red) agar masyarakat diyakinkan bahwa tidak perlu ada kekhawatiran atas kesehatan Societe Generale, harus diyakinkan bahwa uang mereka tetap aman,” ujarnya.
Keraguan juga meluas di kalangan pengamat perbankan Eropa. ”Saya sulit memahami fakta bahwa seorang pialang bisa melaksanakan transaksi rahasia 4,9 miliar euro tanpa diketahui seorang pun,” kata Ion-Marc Valhi pengamat dari Amas Bank. Frederic Hamm, seorang pengelola dana di Agilis Gestion, yakin penipuan itu berdampak pada reputasi Societe Generale.
BNP Paribas, bank terbesar di Prancis, menyatakan, pihaknya belum bisa membeberkan kerugian apa pun sehingga belum perlu memberikan peringatan kepada pasar. Gilles Glicenstein, kepala eksekutif BNP Paribas Investment Partners mengatakan, manajemen terkesan masih menyembunyikan beberapa informasi sehingga sulit memahami apa sebetulnya yang terjadi di Societe Generale. ”Skala kecurangan ini sangat besar. Harusnya ada keterangan yang lebih detail dari Societe Generale,” tegasnya.
Glicenstein khawatir skandal di Societe Generale akan memicu penarikan dana (rush) besar-besaran di bank-bank Prancis. ”Zaman dulu, berita atas skandal seperti ini selalu ditutup-tutupi. Namun, sekarang ada desakan untuk mengungkap semuanya. Mungkin dengan keterbukaan, kepercayaan nasabah akan tumbuh lagi,” sarannya. (afp/ap/bbc/kim)

No comments: